Pages

21 Mei 2009

Hangatkan Cintamu

Mahligai cinta yang membingkai rumah tangga sepasang suami istri tak selamanya mampu dipertahankan keindahannya. Ia bukan sesuatu yang tak lekang dimakan waktu dan juga tak pudar terkikis dinamika kehidupan.
Namun bukan tak mungkin keindahan itu menjadi abadi selamanya, tak terputus oleh perubahan masa dan bahkan tak terhenti oleh perpisahan yang tak mungkin dicegah kejadiannya. Cinta bukanlah sekedar mencium kening pasangan anda setiap pagi atau menjelang tidur, juga tak sebatas kehangatan malam yang diisi dengan riang canda kemesraan.
Tidak juga hanya dengan menghadiahkan sesuatu bila dia ulang tahun. Tetapi, cinta lebih dari suatu komitmen yang membutuhkan pemikiran agar selalu bersemi diantara anda.
Berapapun usia pernikahan anda, bukan alasan untuk tidak senantiasa memberikan manisnya cinta terhadap pasangan anda atau membiarkan kehambaran mentaburi hari-hari anda bersamanya. Seiring waktu yang berjalan, sebanyak buah hati yang semakin besar, seharusnya juga semakin bertambah kehangatan cinta diantara sepasang suami istri, meski tidak jarang hidupnya hanya sebatas menikmati masa-masa tua.

Karena justru, totalitas cinta anda kepada pasangan anda dimasa-masa tua akan semakin membuat pasangan anda tersenyum bangga (hingga ke dalam hati) bahwa ia tak pernah salah menjadikan anda pasangan hidupnya.

"Berpasangan engkau telah diciptakan, dan selamanya engkau akan berpasangan". Begitulah sebagian jawaban sang Guru atas pertanyaan seorang aulia, Al Mitra, tentang perkawinan, seperti dituturkan penyair asal Libanon, Khalil Gibran dalam Sang Nabi. Hidup diyakini semakin punya warna dengan memiliki pasangan. Bukankah Allah telah mengumpulkan yang terserak untuk berpasang-pasangan?

Yang dituliskan Gibran bisa sangat tepat, hanya saja yang perlu diperhatikan adalah keadaan pasangan itu setelah perjalanan yang begitu banyak melalui riak, gelombang, onak dan duri, Masihkah komitmen dan pengorbanan yang diberikan seseorang terhadap pasangannya sama dengan yang pernah diberikannya saat pertama kali cinta bersemi, atau saat awal menapaki rumah tangga, dan berjanji saling setia.

Masihkah kelembutan yang dulu dicurahkan dalam belaian-belaian kasih sayang, sama hangatnya dengan sentuhan pertama kali seorang kekasih terhadap disahkan sebagai pasangannya. Jawabannya tentu ada pada bagaimana seseorang itu menempatkan cinta agar senantiasa bersemi, berapapun usia pernikahan mereka.

Untuk itu perlu kiranya suatu pemikiran yang berkesinambungan dibangun oleh setiap pasangan tentang bagaimana caranya agar kehangatan cinta tetap melingkari setiap fase perjalanan rumah tangga, agar kelembutan kasih sayang menjadi dasar setiap gerak langkah bersama menuju kebahagiaan dan kedamaian kedamaian. Tidak berlebihan pula jika berharap cinta itu menjadi satu cinta yang tak terpisahkan.

Berikut beberapa tips untuk mempertahankan kehangatan cinta:

1. Menempatkan cinta kepada Allah diatas segala cinta terhadap apapun. Dan senantiasa meningkatkan cinta itu, karena Allah-lah yang Maha menganugerahkan cinta kepada orang-orang yang mencintai-Nya (QS. Al-Maidah:54). Maka ajaklah pasangan (dan seluruh anggota keluarga) untuk semakin mendekatkan diri pada-Nya, misalnya dengan membaca do'a Al Ma'surat bersama setelah qiyamullail.

2. Senantiasa berdo'a kepada Allah agar ditetapkan dalam keshalihan, yang karenanya rahmat, kasih sayang dan kedamaian tetap tercurahkan.

3. Ciptakan komunikasi yang selaras, berkesinambungan, mesra dengan mengkedepankan kaidah-kaidah berkomunikasi seperti, kata-kata yang benar, lemah lembut, mulia dan juga tidak melupakan aspek ketegasan sikap. Komunikasi yang demikian tentu menutup rapat celah-celah kecurigaan dan saling tidak percaya antar sesama.

4. Jadikan kamar/tempat pembaringan adalah tempat dimana segala curahan hati bisa tumpah namun tetap dalam koridor kehangatan dan kemesraan. Sehingga dalam kondisi apapun, semua masalah tetap bisa diselesaikan dengan kepala dingin dan hati yang tenang, dari sekedar lupa cium kening pagi ini, masalah uang belanja sampai soal perkelahian anak-anak tadi siang dengan teman bermainnya.

5. Gunakan waktu secara efektif dan efisien. Jangan sekali-kali menggunakan waktu keluarga (hari libur misalnya) untuk pekerjaan atau hal-hal yang mengganggu waktu keluarga. Karena dengan apapun anda mencoba membayarnya, kerugian yang diderita pasangan anda tidak akan pernah bisa terbayarkan, meskipun anda menggandakan kualitasnya pada hari libur berikutnya.

6. Cerahkan hari-hari dengan variasi, fantasi dan 'warna-warni' yang anda ciptakan khusus untuk pasangan anda. Letak aksesoris kamar yang berubah-ubah (terutama yang ringan-ringan), atau warna sprei dan aroma kamar yang menyegarkan. Itu didalam rumah, untuk aktifitas di luar rumah, biasakan secara rutin untuk sekedar jalan pagi bersama di hari minggu

(libur) atau jika ada rezeki, sempatkan untuk berekreasi (tamasya).

7. Ciptakan juga hal-hal baru yang menceriakan hari bersamanya, misalnya dengan mencuci pakaian bersama, atau kerjabakti membersihkan rumah dihari libur. Cipratan air dan saling melempar lap pel dalam bingkai canda

(dijamin) akan mampu meluluhkan kebekuan atau bongkah konflik yang mungkin saja (berpotensi) tumbuh tanpa disadari, mungkin tidak didiri anda tapi pasangan anda?

8. Jadikan setiap cobaan dan konflik yang ada sebagai bagian dari dinamika cinta, bukankah cinta itu tak selamanya 'berwarna' indah? Bahwa didalamnya juga bisa dirasakan pahitnya perjalanan yang dilakukan bersama, hal itu akan menyadarkan kita bahwa juga hidup akan selalu menampakkan warna-warni yang berbeda, bisa disukai bisa tidak, namun tetap harus dijalani. Ini seperti sepasang kekasih yang baru menikah, seringkali hanya menangkap sisi-sisi indah kehidupan tanpa peduli cobaan yang siap (pasti) menanti.

9. Tak salahnya mengenang selalu saat-saat indah bersama pasangan anda, kapanpun dan dimanapun, sendiri maupun berdua. Niscaya, hal itu akan semakin membuat anda bangga terhadap pasangan anda itu. Atau setidaknya mampu memaksa anda mengikhlaskan kesalahan yang pernah dibuat pasangan anda.

10. Mengingat-ingat kelebihan dan keistimewaan yang ada pada pasangan dan meminimalisir ingatan akan kesalahan dan keburukan yang mungkin (pernah) ada padanya. Insya Allah, indahnya cinta yang dulu bersemi pertama kali tetap anda rasakan saat ini, terlebih ditambah oleh ribuan kehangatan yang tercurah dari buah hati yang teramat mencintai anda berdua. Wallahu a'lam bishshowab (Abi Hufha)


Dimana Letak Kebahagiaan

DI MANA LETAK KEBAHAGIAN????
Semua orang mendambakan kebahagiaan, mulai dari seorang filosof dengan
pemikirannya yang tinggi sampai orang bodoh dengan kesederhanaannya. Sang
Raja di istananya maupun petani di gubuknya, sama-sama tidak menghendaki
kecemasan dan kegelisahan. Yang menjadi pertanyaan sejak dulu sampai
sekarang adalah 'di manakah' kebahagiaan itu?
Kebanyakan manusia mencarinya bukan pada sumbernya sehingga mereka pulang
dengan tangan hampa, lelah sedih dan putus asa. Dalam berbagai zaman
manusia telah mencoba mencari kebahagiaan itu pada kekayaan materi dan
berbagai ragam pemenuhan kebutuhan inderanya, tetapi ternyata tidak
ditemukan juga sebab setiap kali terpenuhi satu kebutuhan akan selalu
muncul kebutuhan baru.
HARTA. Sebagian manusia menduga bahwa kebahagiaan itu pada kekayaan harta
dan terpenuhinya kesejahteraan hidup. Nyatanya di negara-negara yang maju
ekonominya dan dapat memenuhi sarana kehidupan mulai dari makanan,
minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan dan fasilitas-fasilitas
lainnya, rakyatnya tetap tidak bahagia dan mencari kebahagiaan dengan cara
lain.
Dalam sebuah survey di Amerika, terungkap bahwa harta merupakan penyebab
terjadinya kejahatan-kejahatan utama di negara super-power ini. Penyebab
lain adalah kebencian, kecemburuan, dan seks. Survey yang dilakukan oleh
suatu tim terhadap sejumlah orang Amerika dari berbagai profesi ini
merupakan fenomena yang ada di negara maju, yang mungkin bukan hanya di
Amerika.
Will Durant berpendapat: "Agama tidak dapat tumbuh subur pada saat di mana
kemajuan material membumbung tinggi. Karena, ketika itu manusia biasanya
membebaskan dirinya dari ikatan-ikatan keruhanian bahkan menciptakan
falsafah dan pandangan hidup yang dijadikan dalih untuk menanggalkan
tuntunan-tuntunan agama." Pendapat pakar yang berasal dari Barat dan hidup
di Barat ini sesuai dengan gambaran al-Qurصan bahwa manusia yang
dikendalikan oleh nafsu atau dikuasai oleh bayangan kemampuan material
yang dimilikinya, akan bersikap sangat angkuh dan berlaku sewenang-wenang.
Mereka menduga bahwa kemampuannya akan mengekalkannya dan akhirnya mereka
berpaling membelakangi Tuhannya.
Kini semakin disadari bahwa segala keserakahan manusia untuk menumpuk
harta merupakan sebab timbulnya superioritas (rasa keunggulan) seseorang
kepada yang lain. Dan sampai sekarang masih merupakan sebab timbulnya
penderitaan dunia, seperti dibuktikan dari hasil survey di Amerika itu.
Kenyataan mengerikan yang lain dapat kita lihat di negara-negara maju,
negeri yang hidup dalam kecukupan ekonomi luar biasa. Saking makmurnya
sampai-sampai tidak ada kekhawatiran akan kemelaratan walaupun bagi
orang-orang tua atau pengangguran sekalipun, karena negara telah menjamin
setiap warga negaranya dengan jumlah yang cukup.
Namun demikian masyarakatnya hidup penuh keangkuhan, kebencian, gelisah,
cemas, sedih, penuh keluhan dan keputusasaan. Akhirnya banyak yang lari
dari kehidupan malang ini dengan cara bunuh diri dan cara lain sebagai
upaya menyelamatkan diri dari penderitaan jiwa yang menyakitkan itu.
Jelaslah bahwa banyaknya harta bukanlah sumber kebahagiaan dan bukan pula
asas utama untuk mewujudkannya. Bahkan boleh jadi hal itu menjadi
malapetaka bagi pemiliknya di dunia sebelum menjadi malapetaka di akhirat
kelak. Kebahagiaan tidak bisa diukur dengan penambahan kekayaan harta,
tetapi kebebasan dari rasa takut terhadap penderitaan dan kecemasan lahir
batin.
Ini tentu bukan berarti Islam melarang manusia untuk mendapatkan harta dan
menilai harta benda sebagai sesuatu yang jelek dan harus dihindari. Yang
dikecam adalah perlombaan penumpukannya guna berbangga, berfoya-foya dan
mengabaikan kelompok yang membutuhkannya. Allah berfirman dalam surat At
Taubah: 55, "Janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu.
Sesungguhnya Allah menghendaki dengan harta benda dan anak-anak itu untuk
menyiksa mereka dalam kehidupan dunia."
Siksaan itu bisa berupa kesulitan, kepayahan, kesusahan, dan penderitaan.
Kenyataan pahit ini bisa kita jumpai pada setiap orang yang menjadikan
harta dunia ini sebagai tujuan utamanya dan puncak cita-citanya. Ia akan
selalu tersiksa hatinya, dan lelah jiwanya. Sedikitnya harta tidak akan
mencukupinya, tetapi harta yang banyak juga tidak akan mengenyangkannya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas, Nabi melukiskan jiwa yang
menderita ini, "Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai cita-citanya,
maka Allah akan menjadikan kekayaan di hatinya dan harta benda akan datang
kepadanya serta tunduk kepadanya. Dan barangsiapa yang menjadikan harta
dunia sebagai cita-citanya, maka Allah akan menjadikan kefakiran di kedua
matanya dan mencerai-beraikan semuanya dan tidak akan memberinya harta
dunia selain apa-apa yang telah ditentukannya." (HR Turmudzi)
Ulama salaf pernah menyampaikan, barangsiapa mencintai dunia, maka
dipersilakan mempersiapkan dirinya untuk menanggung musibah. Karena
pecinta harta tidak akan terlepas dari tiga hal; susah berkepanjangan,
lelah berkesinambungan, dan penyesalan tiada akhir. Demikian itu karena
setiap kali terpenuhi satu keinginan timbul keinginan baru, sebagaimana
disampaikan Rasulullah, "Seandainya anak manusia itu memiliki dua lembah
emas tentu ia akan menginginkan yang ketiga."
ANAK DAN JABATAN.Setiap orang tua mencintai anak-anaknya. Tak satupun
orangtua yang tidak menginginkan anak-anaknya hidup sukses kelak di
kemudian hari. Sebab sebagian orang merasa anak bisa menghadirkan
kebahagiaan dalam hidupnya.
Memang anak merupakan bunga kehidupan tumpuan harapan, akan tetapi tidak
sedikit anak-anak itu menyeret orang tuanya ke jurang kehancuran. Mereka
bisa saja menyakiti dan mengingkarinya sebagai ganti kebaikan orang
tuanya. Bahkan tidak sedikit orang tua yang menemui ajal di tangan anak
kandungnya.
Demikian halnya dengan jabatan. Manusia yang salah selalu mengejar jabatan
dengan berbagai upaya, kalau perlu menghalalkan segala cara. Tidak sedikit
orang yang demi mendapatkan jabatan berani melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan etika dan jalan agama. Bagi mereka kedudukan di atas
segala-galanya. Ternyata setelah didapatkannya tidak pula dirasakan
kebahagiaan dalam dirinya. Itulah sebabnya Islam melarang seseorang untuk
berambisi atas sesuatu jabatan, karena jika jabatan dipegang oleh orang
yang berambisi untuk mendudukinya, yang didapat hanyalah malapetaka.
DALAM DIRI MANUSIA. Kebahagiaan tidak terletak pada banyaknya harta
kekayaan dan banyaknya anak, tidak pula pada jabatan dan materi lainnya.
Kebahagiaan adalah suatu nilai yang abstrak kasat mata, tidak dapat diukur
dengan jumlah, tidak dapat disimpan di suatu tempat dan juga tidak dapat
dibeli dengan rupiah, dollar maupun dinar.
Kebahagiaan adalah suatu yang dapat dirasakan oleh kejernihan jiwa,
ketenangan hati, kelapangan dada, yang bersumber dari dalam diri manusia
dan tidak didatangkan dari luar dirinya.
Dalam suatu kisah disebutkan, seorang suami yang sedang marah terhadap
istrinya berkata seraya mengancam, "Aku akan membuatmu tidak bahagia!"
Dengan tenang istrinya menjawab, "Engkau tidak akan mampu membuatku
menderita sebagaimana engkau tidak dapat membuatku bahagia." Sang suami
semakin marah, "Kenapa tidak bisa?" Sahut istrinya penuh keyakinan, "Aku
mendapatkan kebahagiaan pada imanku. Iman ada di hatiku dan tidak
seorangpun dapat menguasai hatiku selain Allah swt pelindungku."
Itulah hakikat kebahagiaan itu. Kebahagiaan yang tidak dapat diberikan
oleh manusia dan tidak dapat dicabut oleh siapapun juga, adalah
kebahagiaan yang dirasakan oleh orang-orang beriman dan mereka yang suka
beramal shalih. Seorang mukmin yang telah merasakan kelezatan ruhaniah
yang memenuhi sisi-sisi jiwanya akan berkata, "Sungguh kudapatkan
saat-saat bahagia yang membuatku berkata, 'Seandainya penghuni surga
merasakan seperti yang aku rasakan sekarang sungguh mereka benar-benar
hidup bahagia.'"
Orang-orang yang telah dianugerahi nikmat kebahagiaan oleh Allah swt akan
menganggap kecil musibah yang menimpa dirinya betapapun besar dan
beratnya. Karena musibah itu akan dirasakan sebagai nikmat yang perlu
disyukuri, sementara menurut orang lain merupakan malapetaka yang
mengakibatkan keluhan dan penderitaan.
Rasulullah memberikan contoh yang sangat indah tentang suatu kebahagiaan.
"Jika Anda melahap suatu makanan, maka Anda merasakan kelezatan. Tetapi,
jika Anda dengan suka-cita menyerahkan (walaupun sebagian)-nya, maka Anda
merasakan kebahagiaan.".

Dikirim oleh : Ahmarun Nisa''

Di Balik Kegagalan

Di Balik Kegagalan
Bila anda mencari alasan untuk sebuah kegagalan, anda bisa temukan berjuta-juta dengan mudahnya. Namun, alasan tetaplah alasan. Ia takkan mengubah kegagalan menjadi keberhasilan.
Kerapkali, alasan serupa dengan pengingkaran. Semakin banyak menumpuk alasan, semakin besar pengingkaran pada diri sendiri.
Ini menjauhkan anda dari keberhasilan; sekaligus melemahkan kekuatan diri sendiri. Berhentilah mencari suatu alasan untuk menutupi kegagalan. Mulailah bertindak untuk meraih keberhasilan.

Belajarlah dari penambang yang tekun mencari emas. Ditimbanya berliter-liter tanah keruh dari sungai. Ia saring lumpur dari pasir. Ia sisir pasir dari logam. Tak jemu ia lakukan hingga tampaklah butiran emas berkilauan.

Begitulah semestinya anda memperlakukan kegagalan. Kegagalan itu seperti pasir keruh yang menyembunyikan emas. Bila anda terus berusaha, tekun mencari perbaikan di sela-sela kerumitan, serta berani menyingkirkan alasan-alasan, maka anda akan menemukan cahaya kesempatan.

Hanya mencari alasan, sama saja dengan membuang pasir dan semua emas yang ada di dalamnya

Cinta&Benci

Cinta (al-mahabbah) dan benci (al-karâhah), merupakan fitrah emosional yang dianugerahkan Allah SWT pada seluruh manusia. Bagi seorang Muslim, cinta dan benci itu harus berdasarkan proporsionalisasi syarî’at. Karena, bisa jadi, apa yang kita cintai itu justru sesuatu yang buruk, dan sebaliknya membenci sesuatu yang sebetulnya baik buat kita (Qs.2:216). Jika tidak demikian, betapa banyak orang yang akan menjadi korban akibat tidak tahu menempatkan arti cinta dan benci ini.
Dalam Islam, cinta seseorang haruslah berlandaskan kepengikutan (ittiba’) dan ketaatan. Sebagaimana firman-Nya, "Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku (Rasulullah), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu" (Qs.3:31-32).
Salah satu cinta yang diajarkan Rasulullah SAW. diantaranya adalah, mencintai dan mengasihi sesama. Kecintaan ini, sebagaimana pernah dicontohkan beliau, tak pernah dibedakan antara Muslim dan non-Muslim. Bahkan, tidak dibenarkan jika kita tidak berbuat adil kepada suatu kaum misalnya, hanya karena benci kepada mereka (Qs.5:8).

Ajaran cinta Islami yang mesti disemaikan bukanlah sebatas sesama Muslim. Tetapi justru sesama manusia dan sesama makhluk. Rasulullah SAW. bersabda, "Hakikat seorang Muslim adalah, mencintai Allah dan Rasul-nya, sesamanya, serta tetangganya, melebihi atau sebagaimana ia cinta kepada dirinya sendiri" (HR. Imâm Bukhârî).

Kecintaan yang terekspresikan akan menjadi amal saleh buat pelakunya. Maka dari itu, kecintaan maupun kebaikan, meskipun baru tersirat dalam hati dan belum terlaksana, tetap akan mendapat pahala di sisi Allah. Sebaliknya, kebencian yang tersimpan dalam lubuk hati di samping sebuah kewajaran, juga tidak dicatat sebagai keburukan, hingga niatnya itu betul-betul dilakukan (al-Hadits).

Ekspresi sebuah kebencian tak lain sikap hasud yang dilarang Islam. Hasad adalah iri dan bersikap dengki terhadap orang atau kelompok lain, bahkan sebisa mungkin, berupaya menjatuhkan dan menghilangkan semua kepemilikan seseorang yang dianggap lawannya itu. Dari sini hasud berubah wujud menjadi hasutan, bagaimana merekayasa isu dan gosip tanpa fakta untuk turut meyakinkan orang lain, agar sama-sama membenci bahkan menganiaya orang atau kelompok tertentu.

Benci yang hasud seperti di atas dilarang Rasulullah SAW, sabdanya, "Jauhilah oleh kalian sikap hasud, karena hasud itu niscaya akan memakan amal kebaikanmu layaknya api menghanguskan kayu bakar" (HR. Abû Dâwûd).

Wajah seorang muhâsid (pelaku hasud) tak lain seorang provokator yang senang mengadu-domba antarsesama, menabur fitnah, serta wujud dari kerja sama dalam menebar dosa (al-itsm) dan permusuhan (al-‘udwân). Mereka diancam Nabi SAW. tidak akan masuk surga, karena mencoba memutuskan pertalian kasih dan sayang antarsesama manusia (HR. Bukhârî-Muslim).

Dalam konteks Islam, shilat-u ar-rahmi (shilah, menghubungkan; dan rahmi, berasal dari rahim yang sama) merupakan keharusan menyemaikan perdamaian dan keharmonisan hidup antarinsan. Inilah inti rahmat-an lil-‘âlamîn; mencintai dan membenci karena Allah akan mendatangkan rahmat, sebaliknya, jika sesuai seleranya sendiri, terancam kepedihan azab-Nya. Dalam arti, tidak turunnya rahmat dan bertaburnya benih-benih perpecahan dan perselisihan (Bulûghu ‘l-Marâm, 2000; 496).*

Agar kecintaan tumbuh dan bersemai dalam diri setiap insan, Rasulullah mengajarkan, "Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam (kedamaian), berilah makan orang yang membutuhkan, sambungkanlah tali persaudaraan, dan shalatlah Tahajjud pada sepertiga malam (introspeksi), niscaya kamu akan masuk surga dengan damai" (HR. Imâm Tirmidzî).

Demikian sebaik-baik kecintaan dalam Islam. Kedamaian ditebarkan untuk dan kepada siapa pun. Seorang muslim sejati ialah apabila, orang lain selamat dari ulah lisan, tangan, maupun kewenangannya

Cinta VS Orang Tua

Cinta VS Orang Tua
Saat cinta kita kepada orang tua "terbentur" dengan cinta kita kepada si dia, apa yang harus kita lakukan? Bukankah, cinta kepada si dia, sebelum pernikahan, bukan segalanya? Cinta semacam ini masih bisa datang dan pergi, berbeda dengan kasih dan cinta pasca pernikahan. Dan cinta orang tua kepada kita selaku anak-anaknya, tak akan pernah habis, namun itu bukan alasan untuk kita menyakiti mereka. Pahamilah itu sebagai cinta dan kasih yang abadi.
Patutkah kita menyakiti hati orang tua yang telah berpuluh-puluh tahun mendidik, mengasuh dan
membimbing? Nyebokin kalau buang air, memandikan dan menggendong kita dalam pelukannya, saat kita kecil. Dan kemudian kita balas jasa mereka dengan protes yang menyakitkan hati mereka? Dan itu kita lakukan kepada "seseorang" yang baru dikenal! Haruskah kasih saying mereka yang berpuluh-puluh tahun itu dimusnahkan untuk "kasih sayang yang baru seumur jagung"?
Mudah-mudahan Allah selalu mengingatkan kita bahwa, "KERIDHAAN ALLAH BERADA DALAM KERIDHAAN ORANG TUA, DAN KEMURKAAN ALLAH BERADA DALAM KEMARAHAN ORANG TUA."

Dari judulnya, keliatannya kita lagi mau bicara tentang tema film India yang selalu bikin facing antara Pacar dan Ortu. Kayaknya emang begitu, tapi ada beda pada hasilnya nanti, baca aja selanjutnya.

Kalau kita sedang suka, jatuh cinta, ada kasih, falling (dan bahasa lainnya) ama seorang wanita (gua
lebih suka menyebutnya wanita daripada perempuan), dan kita berpikir untuk melanjutkan hubungan lebih jauh, biasanya kita akan berusaha semampu mungkin untuk merealisasi "cerita India" itu. Abis, "ia" begitu indah, begitu mengharukan dan romantis, bahkan gak berlebihan kadang punya efek langsung pada kesehatan dan sikap kita sehari-hari.

DEMIKIAN INDAHNYA, Masalahnya berlanjut ketika kita sadar bahwa KITA HIDUP DALAM TATANAN MASYARAKAT ASIA, DIMANA PERAN ORANG TUA SEDIKIT BANYAK MASIH MEMPUNYAI KEPENTINGAN DALAM DIRI KITA, BAHKAN KADANG PERAN MASYARAKATPUN IKUT MENENTUKAN. Itu sebabnya dalam banyak undangan dan dekorasi pernikahan banyak ditemukan berseliweran kata-kata "Mohon doa restu", dimana tradisi kayak gini gak kita temukan dalam masyarakat Barat (Barat disebutkan di sini bukan berarti wah, ini cuma perbandingan fenomena).

Dalam beberapa orang, percintaan sering gak berjalan dengan mulus karena faktor yang baru disebut di atas. Sebuah keberuntungan kalau kekasih anda diterima apa adanya oleh orang tua dan (mungkin) masyarakat anda, namun ketika sebaliknya terjadi gimana?

Beberapa teman saya kasih saran, coba dong didialogkan kembali dengan orang tua dengan baik-baik, dicarikan jalan keluarnya. Itu betul jika kemudian orang tua dapat menurunkan "standar permintaannya", namun BAGAIMANA KETIKA MEREKA TETAP BERPEGANG KUKUH DENGAN PENDAPATNYA untuk menolak kekasih anda?

Teman saya nyeletuk, "Orang tua apaan tuh! Masa sih kebahagiaan si anak dihalang-halangi, toh mereka
menginginkan sebuah kebaikan (maksudnya pernikahan, suatu institusi yang tentu saja direstui oleh Tuhan)." Yang satu lagi menambahkan, "Apa sih maksud orang tua seperti itu, apakah mereka menginginkan anaknya berpasangan tanpa saling menyayangi?" Si A nyeletuk dengan kasar, "Emang yang mau kawin siapa sih, bokap nyokap loe apa loe, kok jadi dia pada yang repot?" Dan bermacam-macam tanggapan dari teman-teman.

So judulnya di sini adalah PERTENTANGAN, mana yang anda pilih ketika solusi "keinginan" anda terhalang oleh "idealisme' orang tua? CINTA (SAAT BELUM MENIKAH) BUKAN SEGALA-GALANYA, DIA BISA DATANG DAN PERGI BEGITU SAJA (saya tau kalimat ini pasti tidak disukai oleh banyak orang, khususnya para idealis cinta, tapi itulah realita). Cinta itu, seperti kata pepatah Jawa, timbul hanya karena faktor kebersamaan yang sering. Itu sebabnya Dewa bilang dalam salah satu lirik lagunya, "Beri aku sedikit waktu, biar cinta datang karena telah terbiasa." So, UNSUR TERPENTING PEMBENTUKAN CINTA ADALAH UNSUR "SELALU BERSAMA", itu saja, gak lebih. (Kalau loe deket ama seorang cewek cuma temenan biasa asalnya, kemudian akrab bener, jangan heran kalau kemudian bisa jatuh cinta, itu karena unsur kebersmaan tadi).

Logikanya, KETIKA KEBERSAMAAN ITU HILANG, MAKA HILANGLAH CINTA ITU. Jangan heran jika kita sering menganggap aneh dan gak realistis orang-orang yang selalu mengenang berat kekasih masa lalu kalau hanya untuk dikenang begitu saja dan hanya untuk bahan perbandingan (kecuali kalau mengenangnya cuma buat hiburan aja, itu sih gak bikin rusak). Jangan heran juga kalau orang yang pacaran long distance banyak yang putus hehehehe

Menghilangkan cinta dengan cara menghilangkan kebersamaan, jika itu dilakukan tentunya bukan suatu
hal yang mudah. iya khan? Yup, itu benar, ketika anda memutuskan untuk menjauhi sang kekasih, itu memang suatu keputusan yang berat, bahkan tidak berlebihan kalau dibilang itu bisa bikin anda cengeng dan serasa dunia ini hampa (kayak roman picisan). Namun percaya atau tidak, itu satu-satunya proses terapi mujarab hingga saat ini.

Kembali ke masalah ortu. Kita dihadapkan pada dua pilihan sekarang, antara MENURUTI KEINGINAN ORANG TUA UNTUK MEMBONGKAR CINTA KITA dan antara MEMASANG CINTA PADA KEKASIH KITA. Dilema bukan? Kayak si buah Simalakama, duanya-duanya pilihan yang berat.

Mari kita itung-itungan sekarang dengan asas kebesaran jiwa.

Ada satu pernyataan dari seorang bijak ketika menasehati anak didiknya, Si bijak bilang, "PATUTKAH
KAMU MENYAKITI HATI ORANG TUA YANG TELAH BERPULUH-PULUH TAHUN MENDIDIK, MENGASUH, dan MEMBIMBINGMU.

Ketika kamu kecil mereka nyebokin kamu kalau buang air, mandiin, menggendong kamu dalam pelukannya selama dua tahun lebih dengan kasih sayang tanpa imbalan? Kemudian semua jasa itu kamu lupakan begitu saja dan kamu balas dengan sebuah protes yang menyakitkan hati mereka? Dan itu kamu lakukan hanya karena seseorang yang baru kamu kenal dalam hitungan satu atau dua tahun? Haruskah kasih sayang berpuluh-puluh tahun itu dimusnahkan untuk kasih sayang katakan, dua tahun!?

Sebuah pertanyaan yang betul-betul dalam dan jelas maknanya jika diterima dengan jiwa yang bersih.

Si bijak kemudian melanjutkan," Nak, kamu masih mau comparing antara cinta si Dia dengan kamu dan cinta orang tua terhadap kamu? Sungguh, tidak balance, ada yang berat sebelah! Jauh dan sangat jauh. Cinta dia kepada kamu, sedikit banyak bertendensi, saya tidak bisa pastikan bertendensi apa, namun cinta mereka (orang tua) terhadapmu, sungguh, saya berani pastikan adalah tanpa tendensi apapun! BAGI ORANG TUA, KEBAHAGIAAN KAMU DI MASA DEWASA SAJA SUDAH CUKUP SEBAGAI KEBANGGAAN DAN KEBERHASILAN ATAS USAHA CINTANYA SELAMA INI UNTUK KAMU. SEDERHANA DAN TANPA TENDENSI!"

"Satu lagi yang mesti kamu pikirkan, dan ini sangat besar artinya untuk ketenangan jiwa kamu, yaitu,
ADAKAH KAMU RELA ORANG TUAMU MENINGGAL DUNIA NANTI SEMENTARA DALAM HATINYA MASIH MENYIMPAN PERASAAN SAKIT SAMA KAMU? ADAKAH KAMU RELA MEREKA MENINGGALKANMU UNTUK YANG TERAKHIR KALINYA TANPA SENYUM SAMA KAMU?"

"KECINTAAN DAN KEPATUHAN KEPADA ORANG TUA ADALAH KECINTAAN DAN KEPATUHAN TOTAL TANPA SYARAT, KECUALI SATU, KETIKA MEREKA MENGAJAKMU BERBUAT TIDAK BAIK, ITU SAJA! DI LUAR ITU, ADALAH KEPATUHAN TOTAL."

?DAN JIKA KEDUANYA MEMAKSAMU UNTUK MEMPERSEKUTUKAN-KU DENGAN SESUATU YANG TIDAK ADA PENGETAHUANMU TENTANG ITU, MAKA JANGANLAH KAMU MENGIKUTI KEDUANYA DAN PERGAULILAH KEDUANYA DI DUNIA DENGAN BAIK" [Luqman:15].

Jadi, kalau ortu ngajak ke arah kemusyrikan maka tidak wajib kita mentaati mereka. Hanya saja sebagai anak tetap berkewajiban bergaul dengan baik selama di dunia. Sikap santun harus senantiasa dijaga.

"Aku bisa mengerti, jiwamu sedang bergejolak, sakit menerima kenyataan, bahkan gak menutup kemungkinan kasus-kasus cinta kayak gini bisa bikin orang bunuh diri. Namun inilah dunia dengan permasalahannya, tidak semuanya happy ending, KADANG SEBUAH KEPUTUSAN PAHIT HARUS DIAMBIL UNTUK MENGHINDARI AKIBAT KEPUTUSAN YANG LEBIH PAHIT.

Tidak semua masalah mempunyai solusi happy kayak film-film India, contohnya adalah masalahmu ini. Di
sini tidak ada solusi, yang ada cuma opsi, antara tetap meneruskan cintamu ama si dia dan antara
kepatuhan terhadap keinginan orang tua." Kamu mungkin bilang, "Guru, anda begitu mudah menasehati saya, Anda tidak merasakan sedikitpun apa yang sedang saya rasakan." Saya akan jawab, seorang
yang bijak adalah seseorang yang bisa mengatur derap emosi jiwa dengan logika, begitu kira-kira yang saya pahami selama saya hidup. Saya menghargai cinta kamu, dan itu merupakan bukti bahwa kamu adalah manusia yang romatik dan penuh cinta, namun permasalahannya di sini adalah, kamu berhadapan dengan cinta lain yang lebih tulus meskipun bagi kamu (sementara ini) cinta tulus orang tua itu bukan cinta tetapi suatu tekanan yang menyakitkan."

"KASIH ORANG TUA KEPADA ANAKNYA TAK AKAN HABIS, NAMUN ITU BUKAN ALASAN BUAT KAMU UNTUK MENYAKITINYA, PAHAMI ITU SEBAGAI CINTA DAN KASIH YANG ABADI."

Si anak didik memotong, "Kebanyakannya, orang tua bisa menerima kita setelah kita punya anak, itu khan artinya nanti bisa kembali damai kalau saya tetap meneruskan keinginan mengawini kekasih saya."

Sang Guru menjawab, " Ya, ada beberapa yang seperti itu, namun, jika itu mungkin bisa terjadi kepada kamu juga. Tetapi JIKA ITU TETAP KAMU LAKUKAN, KAMU TELAH MENINGGALKAN SEDIKIT NODA DALAM JIWA MEREKA DAN ITU SUDAH CUKUP SEBAGAI NILAI MINUS KAMU DI JIWA MEREKA.
Itu pun kalau mereka kemudia memaafkanmu setelah mereka melihat cucu. Permasalahannya, apakah kamu yakin bahwa mereka suatu saat nanti mereka dapat memaafkan? jika ternyata tidak hingga akhir hayat mereka, kamu akan dihantui dengan perasaan tidak tenang dan rasa bersalah di saat mereka tidak ada lagi. Sungguh Nak."

"Sekali lagi, CINTA KAMU DENGAN DIA SEBELUM PERNIKAHAN, BUKAN SEGALANYA, SEKALI LAGI BUKAN SEGALANYA. CINTA SEMACAM INI MASIH BISA DATANG DAN PERGI, BERBEDA DENGAN KASIH DAN CINTA PASCA PERNIKAHAN, tidak begitu mudah untuk create cinta baru
yang lain, karena ia sudah dilandasi dengan aspal baru, yaitu aspal TANGGUNGJAWAB DAN KOMITMEN, karena pernikahan adalah suatu perjanjian bernilai sakral abstrak yang harus diperjuangkan, meskipun dengan nyawa. KEHIDUPAN CINTA PASCA PERNIKAHAN ADALAH
KOMITMEN PRIBADI DUA ANAK MANUSIA UNTUK TETAP MENJAGA SEBISA MUNGKIN AGAR TIDAK RETAK, MESKIPUN ITU HARUS DENGAN MENJUAL IDEALISME HARIAN. Sangat berbeda dengan kehidupan cinta sebelum pernikahan, sangat berbeda, yang kayak gini tuh masih bisa dibongkar pasang, masih bisa di-adjust sono-sini, itu realita. Saya tidak katakan cintamu sama dia tidak harus diperjuangkan sama sekali. Yang saya ingin katakan di sini adalah, cintamu dengan seseorang sebelum pernikahan adalah masih bernilai fifty-fifty untuk dipertahankan, ini artinya kamu bisa saja mempertahankan cinta itu, memperjuangkannya, cuma, menurut saya, proporsional dong. Artinya ketika dihadapkan kepada memilih antara dia dan kepatuhan terhadap orang tua, maka di sinilah
kamu harus hitung menghitung kayak orang dagang! Yah, semacam usaha untuk lebih relistis."

Si murid mulai ragu dan bertanya, "Jika saya mengikuti orang tua, apakah ini berarti saya pengecut dan tidak berani dalam mengambil keputusan untuk menikahinya, tidak berani dalam memperjuangkan Cinta?" Sang guru: "Anakku, cobalah belajar untuk membedakan antara pemberani dengan si konyol!"

Sang Murid, "Lalu apa yang harus saya katakan kepada si Dia?" Guru, "Berbicaralah apa adanya, bahwa kamu telah berusaha untuk meyakinkan orang tua namun tidak berhasil, dia tentu akan sedih bercampur dengan marah, itu pasti, namun kamu perlu jelaskan juga, bahwa dia tidak sedih dan marah sendiri. Tidak ada orang yang ingin kebahagiaannya rusak dan hancur. Namun tidak berarti juga realita hidup selalu happy ending kayak film India."

Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam bersabda,
"BARANGSIAPA MEMBUAT HATI ORANG TUA SEDIH, BERARTI DIA TELAH DURHAKA KEPADANYA." [Riwayat Bukhari].
Dalam kesempatan lain Rasulullah bersabda,
"TERMASUK PERBUATAN DURHAKA SESEORANG YANG MEMBELALAKKAN MATANYA
KARENA MARAH". [Riwayat Thabrani].

Semoga Allah menjadikan kita sebagai anak-anak yang dapat MEMPERSEMBAHKAN CINTA, SAYANG, HORMAT DAN BAKTI KITA KEPADA KEDUANYA, HANYA UNTUK SATU TUJUAN: MERAIH
CINTA, AMPUNAN, PAHALA DAN RIDHA-NYA.

Amin allahumma amin...

Cinta Tak Terbalas

eramuslim - Kadang saya iri melihat orang-orang di sekeliling saya, disayangi oleh “seseorang”. Apalagi di bulan Februari. Di mana-mana nuansanya Valentine. Saya memang penganut “tiada pacaran sebelum akad”, tapi sebagai manusia kadang timbul juga perasaan ingin diperhatikan secara istimewa.
Saya tidak pernah tahu rasanya candle light dinner. Pun tidak pernah menerima bunga mawar merah. Tidak ada yang menawarkan jaketnya saat saya menggigil kedinginan. Atau berpegangan tangan sambil melihat hujan meteor. (Deuh, Meteor Garden banget! He..he...)

Yah, mungkin saya bisa merasakan sekilas hal-hal itu kalau saya sudah menikah. Mungkin. Mudah-mudahan. Tapi sampai saatnya tiba, bagaimana caranya supaya tidak kotor hati?

Lalu saya pun tersadar, tiga kata cinta yang saya rindukan itu sudah sering saya dengar. Orang tua saya selalu mengucapkannya. Memanggil saya dengan “sayang” betapapun saya telah menyusahkan dan sering menyakiti mereka. Mungkin mereka bahkan memanggil saya seperti itu sejak saya belum dilahirkan. Padahal belum tentu saya jadi anak yang bisa melapangkan mereka ke surga... Belum tentu bisa jadi kebanggaan... Jangan-jangan hanya jadi beban...

Tatapan cinta itu juga sering saya terima. Dari ibu yang bergadang menjaga saya yang tengah demam... Dari ayah yang dulu berhenti merokok agar bisa membeli makanan untuk saya... Dari teman yang beriring-iring menjenguk saya ketika dirawat di rumah sakit... Dari adik yang memeluk saya ketika bersedih. Dari sepupu yang berbagi makanan padahal ia juga lapar. Dari orang tua teman yang bersedia mengantarkan saya pulang larut malam. Betapa seringnya kita tidak menyadari...

Tidak hanya dari makhluk hidup. Kasih dari ciptaan Allah lainnya juga melimpah. Matahari yang menyinari dengan hangat. Udara dengan tekanan yang pas. Sampai cinta dari hal yang mungkin selama ini tidak terpikirkan. Saya pernah membaca tentang planet Jupiter. Sebagai planet terbesar di tata surya kita, Jupiter yang gravitasinya amat tinggi, seakan menarik bumi agar tidak tersedot ke arah matahari. Benda-benda langit yang akan menghantam bumi, juga ditarik oleh Jupiter. Kita dijaga! (Maaf buat anak astronomi kalau salah, tapi setahu saya sih kira-kira begitulah)

Di atas segalanya, tentu saja ada cinta Allah yang amat melimpah. Duh... Begitu banyaknya berbuat dosa, Allah masih berbaik hati membiarkan saya hidup... Masih membiarkan saya bersujud walau banyak tidak khusyunya. Padahal kalau Ia mau, mungkin saya pantas-pantas saja langsung dilemparkan ke neraka Jahannam... Coba, mana ada sih kebutuhan saya yang tidak Allah penuhi. Makanan selalu ada. Saya disekolahkan sampai tingkat tinggi. Anggota tubuh yang sempurna. Diberi kesehatan. Diberi kehidupan. Apalagi yang kurang? Tapi tetap saja, berbuat maksiat, dosa... Malu...

Tentu ada ujian dan kerikil di sepanjang kehidupan ini. Tapi bukankah itu bagian dari kasih-Nya juga? Bagaimana kita bisa merasakan kenikmatan jika tidak pernah tahu rasanya kepedihan? Buat saudaraku yang diuji Allah dengan cobaan, yakinlah bahwa itu cara Allah mencintai kita. Pasti ada hikmahnya. Pasti!

Jadi, selama ini ternyata saya bukan kekurangan cinta. Saya saja yang tidak pernah menyadarinya. Bahkan saya tenggelam dalam lautan cinta yang begitu murni.

Sekarang pertanyaannya, apa yang telah kita lakukan untuk membalasnya? Kalau saya, (malu nih..) sepertinya masih sering menyakiti orang lain. Sadar ataupun tidak sadar. Kalaupun tidak sampai menyakiti, rasanya masih sering tidak peduli dengan orang. Apalagi pada Allah... Begitu besarnya cinta Allah pada saya dan saya masih sering menyalahgunakannya. Mata tidak digunakan semestinya... Lisan kejam dan menyayat-nyayat... Waktu yang terbuang sia-sia...

Kalau sudah seperti ini, rasanya iri saya pada semua hal-hal yang berbau “pacaran pra nikah” hilang sudah. Minimal, berkurang drastislah. Siapa bilang saya tidak dicintai? Memang tidak ada yang mengantar-antar saya ke mana-mana, tapi Allah mengawal saya di setiap langkah. Tidak ada candle light dinner, tapi ada sebuah keluarga hangat yang menemani saya tiap makan malam. Tidak ada surat cinta, tapi bukankah Allah selalu memastikan kebutuhan saya terpenuhi? Bukankah itu juga cinta?

Entah cinta yang “resmi” itu akan datang di dunia atau tidak. Tapi ingin rasanya membalas semua cinta yang Allah ridhoi. Tulisan ini bukan untuk curhat nasional. Yah, siapa tahu ada yang senasib dengan saya J Yuk, kita coba sama-sama. Jangan sampai ada cinta halal yang tak terbalas... (ariyanti)

''Bualan'' yang Disukai Wanita

''Bualan'' yang Disukai Cewek
Sebetulnya, bukan cuma cowok yang bermulut besar alias suka membual. Cewek juga banyak. Tapi, dalam urusan bual-membual, konon, cowoklah yang lebih jago.
Satu hal yang menarik, dalam The Top 10 Lies Happy Husbands Tell, Keith
Blanchard bilang, "membual" adalah mainan para cowok, sejak zaman purbakala. Ada
banyak alasan untuk itu. Salah satunya demi kelanggengan hubungan.
Yang menarik, ternyata "bual-membual" pun berkembang dari masa ke masa. "Dan
kini, bualan yang dibuat cowok udah semakin maju, dibanding dimasa-masa dulu."
Menurut cowok yang suka membual pada istrinya itu, ada 10 bualan yang sering
diungkapkan cowok, tapi disukai para cewek. Berikut ini adalah 5 diantaranya:

"Bener, koq! Kamu cantik pake baju itu" Tujuannya: Nggak mau ribut.

Cowok sering menggunakan cara begini bukan untuk nyenengin pacarnya, tapi biar
cepat, ringkas dan menghindari keributan. "Walau begitu, bukan berarti dia nggak
sayang, lho," kata Arthur L. Kovacs, profesor ilmu psikologi di Santa Monica,
California, AS.

"Tenang... Bisa, dong!" Tujuannya: Nggak mau direndahin.

Coba, deh, tanya apa pacar kamu bisa betulin radio yang rusak nggak. Mungkin
mereka akan menjawab, "bisa, dong!", walau sebetulnya nggak bisa. "Yang penting
buat mereka adalah mendapat simpati. Setelah itu, mereka akan belajar bersama
waktu. Kalau perlu, kursus elektronik pun akan dijabanin," ujar Kovacs.

"Oh, aku nggak merhatiin!" Tujuannya: Biar dibilang setia.

Siapa, sih, yang nggak tertarik sama barang bagus? Begitu juga cowok. Matanya
langsung jelalatan begitu melihat cewek seksi, nggak peduli seberapa tuanya
mereka. "Inilah yang dibilang 'bohong yang diberkati'. Soalnya, mata cowok
dirancang lebih responsif untuk ngelirik yang 'seger-seger'," jelas Kovacs.

"Saya udah coba telpon kamu, tapi..." Tujuannya: Mengelak & nyari aman.

Udah jadi rahasia umum, kalau cowok itu cuma nelpon kalau lagi ada maunya. Jadi,
kalau suatu saat doi nggak nelpon, ya, (maaf- maaf) saja, mungkin sedang tak
berminat sama kamu. Tapi, biar nggak dianggap macem-macem, mereka biasanya suka
sekali menggunakan kalimat itu. "Tujuannya baik, agar nggak bikin panik dan
curiga."

"Aku nggak bakal bohong sama kamu" Tujuannya: Agar hubungan langgeng.

Ini memang terdengar romantis. Tapi hanya waktulah yang akan membuktikan. Kamu
boleh senang, kalau ada cowok yang bilang begitu. Tapi kamu juga harus berhati
-hati. "Mungkin dia ada maunya," ujar Kovacs.

Sumber: Astaga!com


5 KUNCI PENGOKOH JIWA PENENANG BATHIN

5 KUNCI PENGOKOH JIWA PENENANG BATHIN
DALAM MENGARUNGI PERSOALAN HIDUP
Oleh KH. ABDULLAH GYMNASTIAR


1.AKU HARUS SIAP MENGHADAPI HIDUP INI, APAPUN YANG TERJADI

Hidup di dunia ini hanya satu kali, aku tak boleh gagal dan sia-sia tanpa guna
Tugasku adalah menyempurnakan niat dan ikhtiar, perkara apapun yang terjadi kuserahkan kepada Alloh Yang Maha Tahu yang terbaik bagiku
Aku harus selalu sadar sepenuhnya bahwa yang terbaik menurutku belum tentu yang terbaik menurut Alloh SWT. Bahkan sangat mungkin aku terkecoh oleh keinginan dan harapanku sendiri
Pengetahuan tentang diriku atau tentang apapun amat terbatas sedangkan pengetahuan Allah menyelimuti segalanya, Dia tahu awal, akhir dan segala-galanya
Sekali lagi betapapun aku sangat menginginkan sesuatu, tetap hatiku harus kupersiapkan untuk menghadapi kenyataan yang tak sesuai dengan harapanku. Karena mungkin itulah yang terbaik bagiku

2. AKU HARUS RELA DENGAN KENYATAAN YANG TERJADI

Bila sesuatu terjadi, yaa….. inilah kenyataan dan episode hidup yang harus kujalani
Aku harus menikmatinya, dan aku tak boleh larut dalam kekecewaan berlama-lama, kecewa, dongkol, sakit hati tak akan merobah apapun selain menyengsarakan diriku sendiri, dongkol begini, tak dongkol juga tetap begini
Hatiku harus realistis menerima kenyataan yang ada, namun tubuh serta pikiranku harus tetap bekerja keras mengatasi dan menyelesaikan masalah ini
Bila nasi telah menjadi bubur, maka aku harus mencari ayam, cakweh, kacang polong, kecap, seledri, bawang goreng dan sambal agar bubur ayam spesial tetap dapat kunikmati

3. AKU TAK BOLEH MEMPERSULIT DIRI
Aku harus yakin bahwa hidup ini bagai siang dan malam pasti silih berganti. Tak mungkin siang terus-menerus dan tak mungkin juga malam terus-menerus, pasti setiap kesenangan ada ujungnya begitupun masalah yang menimpaku pasti ada akhirnya, aku harus sangat sabar menghadapinya
Akupun harus yakin bahwa setiap musibah terjadi dengan ijin Alloh Yang Maha Adil, pasti sudah diukur dengan sangat cermat oleh-Nya tak mungkin melampaui batas kemampuanku, karena Dia tak pernah mendzolimi hamba-hamba-Nya
Aku tak boleh mendzolimi diriku sendiri, dengan pikiran buruk yang mempersulit dan menyengsarakan diri, pikiranku harus tetap jernih, terkendali, tenang dan proporsional, aku tak boleh terjebak mendramatisir masalah
Aku harus berani menghadapi persoalan demi persoalan, tak boleh lari dari kenyataan, karena lari sama sekali tak menyelesaikan bahkan sebaliknya hanya akan menambah masalah. Semua harus dengan tegar kuhadapi dengan baik, aku tak boleh menyerah, aku tak boleh kalah
Mesti segala sesuatu akan ada akhirnya, begitupun persoalan yang kuhadapi seberat apapun seperti yang dijanjikan Alloh " Fainnama’al usri yusron innama’al ’usri yusron" dan sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan, bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan. Janji yang tak pernah mungkin dipungkiri oleh Alloh SWT

4. EVALUASI DIRI

Segala yang terjadi mutlak adalah ijin Alloh SWT, dan Alloh tak mungkin berbuat sesuatu yang sia-sia
Pasti ada hikmah dibalik setiap kejadian, sepahit apapun pasti ada kebaikan yang terkandung didalamnya, bila disikapi dengan sabar dan benar
Harus kurenungkan mengapa Alloh menakdirkan semua ini menimpaku, bisa jadi peringatan atas dosa-dosa kita, kelalaianku atau mungkin, saat kenaikan kedudukanku disisi Alloh
Mungkin aku harus berpikir keras untuk menemukan kesalahan yang kuperbaiki
Setiap kejadian bagai cermin pribadiku, aku tak boleh gentar dengan kekurangan dan kesalahan yang telah terjadi, yang penting kini aku mengetahui diriku yang sebenarnya dan aku bertekad sekuat tenaga untuk memperbaikinya, Alloh Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat

5. ALLOHLAH SATU-SATUNYA PENOLONGKU

Aku harus yakin kalaupun bergabung seluruh manusia dan jin untuk menolongku tak mungkin terjadi apapun tanpa ijin-Nya
Hatiku harus bulat total dan yakin seyakin-yakinnya, bahwa hanya Allohlah satunya-satunya yang dapat menolong memberi jalan keluar terbaik dari setiap urusan
Tidak ada yang mustahil bagi-Nya, karena segala-galanya adalah milik-Nya, dan sepenuhnya dalam kekuasaan-Nya
Tak ada yang dapat menghalangi jikalau Dia akan menolong hamba-hamba-Nya, Dialah yang mengatur segala sebab datangnya pertolongan-Nya
Oleh karena itu aku harus benar-benar berjuang, berikhtiar untuk mendekati-Nya dengan mengamalkan apapun yang disukai-Nya dan melepaskan hati ini dari ketergantungan selain-Nya, karena selain Dia hanyalah sekedar makhluk yang tak berdaya tanpa kekuatan dari-Nya
Ingatlah selalu janji-Nya "Barangsiapa yang bertaqwa kepada-Ku, niscaya Ku beri jalan keluar dari setiap urusannya dan Kuberi rizki/ pertolongan dari tempat yang tak terduga, dan barangsiapa yang bertawakal kepada-Ku, Niscaya akan Kucukupi segala kebutuhannya". ( At-Thalaq : 2-3 )
Semoga 5 kunci diatas dapat menenangkan hati yang sedang galau, cemas, was-was, khawatir yang berlebihan dan pengobat stress. Ingat hanya dengan dzikrullah / mengingat Alloh hati akan menjadi tenang